Pages Link Kompas New Revisi 3-Recovered-Recovered.jpg
 

Tak jauh dari Ohana Gallery berdiri pabrik sepatu merek terkenal ada pabrik kabel optik dan kompleks industri pabrik makanan olahan yang produknya kondang di saentero negri. Untuk menuju lokasi dari Jakarta, kita dapat keluar dari pintu tol bitung.

Dari sana kita akan berkonvoi dengan kendaraan berat, ada truk trailer pembawa peti kemas, gulungan pelat baja, beton juga forklift. Namun setelah sampai di pintu gerbang Ohana Gallery, kita akan di sambut dengan bunga anggrek, rimbunya pohon cengkeh dan tak luput dari megahnya rumah adat khas Manado yang terbuat dari kayu nangka, maklum pemiliknya Telly Liando, asal Manado.

“Kalau galeri di kota itu kita semua sudah biasa melihat, di kawasan ini semua industri dan gudang- gudang, saya bekerja di sini, dahulu setelah melakukan pekerjaan dan control pabrik saya bergegas pulang karena panas, tetapi setelah adanya gallery ini, saya sangat senang mengajak orang – orang berkunjung dan menikmati secangkir kopi, bahkan melakukan meeting di sini.” kata Telly Liando.

68022328-1024x576.jpg

Pabrik, rumah adat Manado adalah koleksi tersimpan dalam galeri merupakan narasi perjalanan hidup keluarga Telly Liando, rumah manado adalah “sangkan paraning”, kisah awal dan langkah lanjut. Dia ingin menjadikan benda seni itu sebagai bagian dari ruang dalam keseharian di tempat ia mencari uang, di balik benda – benda itu ada kisah jatuh bangun hidupnya.

MEJA KEMISKINAN

“Ini meja kemiskinan,” kata Telly mengajak tamunya duduk dan mengitari meja dari limbah akar kayu bercerita masa pertengahan tahun 1990 ketika ekonomi sedang turun, Usahanya bangkrut, lalu ia bertanya pada dirinya, “Bagaimana cara hidup dalam kemiskinan?” dan saat itu mengukir kayu menjadi pelipur lara.

  Koleksi batu alam diawali di tahun 1985 secara tak sengaja saat sedang berjalan mengelilingi kota Telly menemukan took lawas yang berdagang barang – barang antic, toko tersebut sudah ingin menutup usahanya di Kawasan glodok plaza – Jakarta, toko akan menjual semua barang – barang yang ada di toko itu seperti batu batuan alam dan suseki. Seiring berjalanya waktu, koleksi batu pun bertambah, di mata Telly batu itu menawarkan keindahan yang tidak ada habisnya setiap memandangi batu yang berusia ratusan tahun yang menurut dia dapat menghilangkan stress.

 

LUKISAN BERBICARA

IMG_9083.JPG

Telly mengkoleksi karya yang berdasarkan apa yang bagi dia menarik secara visual. Telly mengkoleksi Lukisan dari artis seni ternama seperti, Nasirun, Budi Ubrux, Erica Wahyuni, Lucia Hartini, Bayu Wardhana, Wayan Tjahya dan masih banyak lainya, “Saya pakai hati saja, saya suka dan senang ya tergantung dari mood” kata Telly.

  Stephanie memandang koleksi dengan prespektif berbeda. Setidaknya ia suka berwacana pada setiap karya untuk memberi makna versi pribadinya. Dan itu menambah warna koleksi Ohana. Misalnya karya instalasi Gerobak Nasi Bungkus – Budi Ubrux. “Dulu rakyat kecil punya suara, mereka bias duduk dalam suasana egaliter berbicara apa saja, sekarang segalanya terbungkus agenda politik.” Ujar Stephanie memaknai karya Budi Ubrux yang berupa gerobak nasi berbungkus koran. Koleksi lukisan, batu dan kayu ukir semula hanya kesenangan semata, belakangan Stephanie mulai menemukan “mainan” ibunya itu sebagai harta karun. Mereka ingin berbagi keindahan nilai-nilai, dan cerita-cerita di balik koleksi itu melalui galeri.